PSIKOLOGI WANITA 1

TUGAS KELOMPOK
LAPORAN
BAB 11 KEPRIBADAIAN
Buku PSIKOLOGI UMUM karangan King,Laura A




Mata kuliah
PSIKOLOGI UMUM
Dosen 
Juliana Hindradjat, Psik.M.TH



      Disusun oleh :
ü Donna
ü Rospita pardede







BAB 11
KEPRIBADIAN

APA YANG MEMBUAT ANDA SEBAGAI ANDA?
Para pecinta drama kriminal seperti CSI dan Law & Order tahu satu hal yang dapat mengindetifikasikan seseorang tanpa kesalahan, yaitu sidik jari. Dalam 100 tahun sidik jari dikumpulkan dan hampir 100 juta sidik jari, tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama. Alasan mereka tidak memilikinya adalah bahwa sidik jari tidak hanya ditentukan oleh gen, tetapi juga oleh faktor lingkungan pranatal, sehingga bahkan orang-orang dengan DNA yang sama tidak memiliki sidik jari yang identik.
Tentu saja, seseorang yang memberitahu bahwa Anda unik tidak sedang membicarakan sidik jari atau selaput pelangi Anda, tetapi lebih kepada Anda sebagai seseorang, dengan segala karakteristik pribadi Anda – trait, kemampuan, keyakinan, tujuan, dan pengalaman. Maksudnya Murray adalah bahwa meskipun kita berbagi atribut tertentu dengan semua manusia (misalnya anatomi fisik kita), dan kita berbagi atribut tertentu dengan beberapa orang lainnya (misalnya, anggota keluarga kita dan orang-orang yang seusia dengan kita), dan di lain hal kita benar-benar unik.
Psikolog kepribadian dapat ditemukan pada hampir semua sub-ilmu psikologi, termasuk klinis, perkembangan, sosial, dan kognitif. Oleh karena pokok bahasan utama psikologi kepribadian adalah manusia, maka perhatiannya bersimpangan dengan banyak perhatian bagi seluruh psikologi, termasuk perkembangan manusia; berbagai karakteristik yang mungkin tetap stabil atau berubah selama rentang kehidupan; dampak konteks sosial, termasuk budaya; berbagai perbedaan dari individu ke individu berkaitan dengan coping; dan penyakit fisik dan jiwa.
1.               Sudut Pandang Psikodinamika
Kepribadian merupakan konsep yang dikenal semua orang, tetapi sulit didefinisikan. Dalam bab ini, kita mendefinisikan kepribadian (personality) sebagai suatu pola pikiran, emosi, dan perilaku yang bertahan dan berbeda yang menjelaskan cara seseorang beradaptasi dengan dunia.
Sudut pandang psikodinamika (psychodynamic perspectives) memandang kepribadian pada dasarnya ketidaksadaran (yaitu, di luar kesadaran) dan berkembang dalam berbagai tahapan. Para ahli teori psikodinamika meyakini bahwa perilaku hanyalah karekteristik di permukaan dan bahwa untuk benar-benar memahami kepribadian seseorang kita harus menjelajahi makna-makna simbolis perilaku dan cara kerja pikiran yang dalam (Hergenhahn & Olson, 2007). Berbagai karekteristik ini disketsakan oleh arsitek teori psikoanalisis, Sigmund Freud, beberapa ahli teori psikodinamika yang mengikuti Freud telah menyimpang dari teorinya, tetapi tetap merangkul gagasan-gagasan intinya.

Teori Psikoanalisis Freud
Sigmund Freud (1917), salah satu dari pemikir paling berpengaruh pada abad ke-20, dilahirkan di Austria pada tahun 1856 dan wafat di London pada usia 83 tahun. Freud menghabiskan kebanyakan hidupnya di Vienna, tetapi ia meninggalkan kota tersebut pada akhir kariernya untuk menghindari pembunuhan massal. Kesilapan Freudian (Freudian slips) merupakan kesalahan pernyataan yang diyakini Freud mengungkapkan berbagai pikiran ketidaksadaran.
Freud memiliki dampak yang fenomenal yang membuat hampir semua orang memiliki pendapat mengenainya, bahkan mereka yang tidak pernah mengkaji karyanya. Kebanyakan orang menduga bahwa pikiran Freud selalu mengenai seks. Freud mendefinisikan seks sebagai organ kesenangan. Segala sesuatu yang menyenangkan adalah seks, menurut Freud.
Freud mengembangkan psikoanalisis, pendekatannya pada kepribadian, dari praktiknya dengan banyak pasien yang menderita histeria. Histeria merujuk pada berbagai gejala fisik yang tidak memiliki penyebab fisik. Misalnya, seseorang mungkin tidak mampu melihat, meskipun matanya benar-benar sehat atau tidak mampu berjalan, meskipun tidak memiliki cedera fisik. Freud memahami bahwa berbagai gejala histeria disebabkan oleh berbagai konflik psikologi yang tidak disadari. Salah satu pasien Freud, Fraulein Elisabeth Von R., menderita rasa sakit yang sangat pada kakinya yang membuatnya tidak dapat berjalan. Melalui analisis, Freud menemukan bahwa Fraulein Elisabeth memiliki sejumlah pengalaman di mana ia hanya ingin berjalan-jalan, tetapi ia tidak dapat melakukannya karena kewajibannya pada ayahnya yang sedang sakit.
Hal yang penting, Freud meyakini bahwa berbagai gejala histeria overdetermined – yaitu mereka memiliki banyak penyebab di dalam ketidaksadaran.
Struktur Kepribadian menunjukkan   gunung es yang dibagi ke dalam tiga bagian. Alasannya adalah bahwa Freud (1917) meyakini bahwa kepribadian memiliki tiga struktur yang ia sebut id, ego, dan superego. Id secara harfiah adalah “benda (it), “ego adalah “Saya (I),” dan superego adalah “di atas Saya (above-I).”
Id (id), bagian diri Anda yang disebut Freud sebagai suatu “benda,” terdiri atas berbagai dorongan ketidaksadaran dan tempat penyimpanan energy psikis seseorang. Menurut Freud, ego taat oleh prinsip kenyataan. Ia mencoba membawa kesenangan individu dalam norma-norma masyarakat. Untuk alasan ini, ego dirujuk sebagai cabang eksekutif kepribadian; seperti seorang eksekutif pada sebuah perusahaan, ia membuat berbagai keputusan rasional yang membantu keberhasilan perusahaan.
Id dan ego tidak mempertimbangkan apakah sesuatu itu salah atau benar. Superego (superego) merupakan hakim internal yang ketat dari perilaku kita. Superego direfleksikan dalam apa yang kita sebut “hati nurani” dan mengevaluasi moralitas perilaku kita.
Mekanisme Pertahanan Ego memerlukan sejumlah strategi untuk menyelesaikan konflik di antara berbagai tuntutannya untuk kenyataan, keinginan id, dan batasan superego. Berbagai mekanisme pertahanan (defense mechanisms) ini mengurangi kecemasan dengan secara tidak sadar mendistorsi kenyataan. Misalnya, ketika ego menghalangi pengejaran kesenangan dari id, seseorang merasa cemas di mana ego menyelesaikannya dengan mekanisme pertahanan. Ke semuanya berfungsi untuk melindungi ego dan mengurangi kecemasan.
           Menurut Murray “erat  kaitannya dengan superego adalah ego ideal yang merupakan gambaran diri yang dianggan-anggankan diri yang dicita-citakan atau sekumpulan ambisi pribadi yang di perjuangkan individu. Ego ideal mungkin sama sekali terpisah dari super ego seperti dalam kasus individu yang bercita-cita menjadi benggol menjahat, atau mungkin sangat erat berkaitan, sehingga individu bergerak menuju ambisi-ambisi pribadinya dengan cara yang sungguh-sunguh selaras dengan sangsi-sangsi masyarakat[1]”.
Represi merupakan mekanisme pertahanan yang sangat kuat dan lazim, menurut Freud; ia mendorong berbagai dorongan id yang tidak dapat diterima keluar dari kesadaran dan dikembalikan pada pikiran ketidaksadaran. Represi merupakan dasar bagi seluruh mekanisme pertahanan psikologis yang bertujuan untuk mendorong atau repress, berbagai dorongan yang mengancam keluar dari kesadaran.
Dua pokok penting mengenai mekanisme pertahanan yang perlu dipahami. Pertama, mereka tidak disadari; kita tidak sadar bahwa kita menggunakan mereka. Kedua, ketika digunakan dalam kadar yang menengah atau sementara, mekanisme pertahanan tidaklah selalu tidak sehat. Misalnya, mekanisme pertahanan penyangkalan dapat membantu seseorang mengatasi kematian yang mendekat, dan mekanisme pertahanan sublimasi berarti mentranformasikan berbagai dorongan ketidaksadaran kita kepada banyak aktivitas yang menguntungkan masyarakat.
Tahapan-tahapan Psikoseksual Perkembangan Kepribadian
Sebagaimana Freud mendengarkan pasien-pasiennya, ia menjadi yakin bahwa kepribadian mereka merupakan hasil pengalaman dini dalam kehidupan mereka. Freud berpikir bahwa kepribadian dewasa kita ditentukan oleh cara kita menyelesaikan berbagai konflik antara sumber-sumber kesenangan dini ini – mulut, anus, dan kemudian alat kelamin – dan tuntutan kenyataan.
·      Tahap Oral (18 bulan pertama): Pusat kenikmatan bayi terletak di mulut.
·      Tahap Anal (18-36 bulan): Selama masa ketika kebanyakan anak mengalami pelatihan toilet, kenikmatan terbesar anak melibatkan anus dan saluran kencing dan berbagai fungsi pengeluaran yang berkaitan dengan mereka.
·      Tahap Phallic (3-6 tahun): Penamaan tahap ketiga ini berasal dari Bahasa Latin phallus yang berarti “penis.” Oedipus complex merupakan hasrat kuat anak laki-laki untuk menggantikan ayahnya dan menikmati afeksi dari ibunya.
Dalam masa phallic, Freud mengenali bahwa terdapat perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. Fakta fisik ini menjelaskan mengapa (dalam pandangan Freud) wanita lebih minder secara moral daripada pria dan mengapa wanita menjadi “warga negara kelas dua” dalam masyarakat Victoria. Pandangan Freud mengenai tahap phallic adalah di mana gagasan bahwa “anatomi adalah takdir” bermula.
·    Tahap Laten (Latency) (6 tahun sampai pubertas): Tahap ini bukanlah tahapan perkembangan, tetapi lebih kepada sejenis masa istirahat psikis.
·    Tahap Genital (remaja and dewasa): Tahap genital merupakan masa kebangkitan kembali seksualitas; sumber kenikmatan seksual sekarang adalah seseorang di luar keluarga.
Freud berpendapat bahwa individu dapat menjadi terpaku pada tahapan perkembangan mana saja jika ia terlalu dimanjakan atau kurang dimanjakan pada suatu tahap. Fiksasi merupakan mekanisme pertahanan psikoanalisis yang muncul ketika individu tetap bertahan dalam tahap perkembangan sebelumnya. Konstruk fiksasi dengan demikian menjelaskan bagaimana, menurut pandangan Freud, pengalaman masa kecil dapat memiliki dampak yang luar biasa pada kepribadian saat dewasa.

Para Pengkritik dan Revisionis Psikodinamika
           Khususnya, para pengkritik Freud mengatakan bahwa berbagai gagasannya mengenai seksualitas, pengalaman dini, faktor-faktor sosial, dan pikiran ketidaksadaran adalah menyesatkan (Adler, 1927; Erikson, 1968; Fromm, 1947; Horney, 1945; Jung, 1917; Kohut, 1977; Rapaport, 1967; Sullivan, 1953). Para pengkritiknya menekankan beberapa hal:
·      Seksualitas bukanlah   daya yang menyebar dibalik kepribadian seperti yang Freud   yakini. Begitu pula dengan Oedipus complex yang diyakini Freud sebagai universal.
·      5 tahun pertama kehidupan tidaklah sekuat yang diduga Freud dalam membentuk kepribadian orang dewasa.
·      Ego dan berbagai proses pikiran ketidaksadaran memainkan peranan yang lebih dominan dalam kepribadian kita dibandingkan yang Freud yakini; ia mengklaim bahwa selamanya kita terkurung pada cengkeraman id yang naluriah dan tidak disadari.
·      Banyak faktor sosio-kultural lebih penting daripada yang diyakini Freud.
Teori-teori mereka yang tidak sepakat dan revisionis – Horney, Jung, dan Adler – khususnya berpengaruh dalam perkembangan teori psikodinamika, penerus teori psikoanalisis Freud.
Pendekatan Sosio-kultural dari Horney Karen Horney (1885-1952) menolak konsep klasik psikoanalisis bahwa anatomi merupakan takdir dan memperingatkan bahwa beberapa gagasan popular dari Freud hanyalah hipotesis.
Teori Analitis dari Jung Carl Jung (1875-1961) memiliki keluhan yang berbeda mengenai teori psikoanalisis.
Ketidaksadaran kolektif (collective unconscious) merupakan lapisan terdalam, tidak bersifat pribadi, dari pikiran ketidaksadaran, dibagi dengan seluruh manusia karena nenek moyang mereka terdahulu yang sama.
Ketidaksadaran kolektif diekspresikan melalui apa yang disebut Jung sebagai arketip (archetypes), berbagai gagasan dan citra yang sarat dengan emosional yang memiliki makna yang kaya dan simbolik bagi semua orang. Jung meyakini bahwa arketip-arketip ini muncul dalam seni, sastra, agama, dan mimpi (Merchant, 2006; Roesler, 2006).
Dua arketip umum adalah anima (wanita) dan animus (pria). Jung meyakini tiap-tiap diri kita memiliki sisi “feminism” yang pasif dan sisi “maskulin” yang asertif.
Psikologi Individual dari Adler Alfred (1870-!937) merupakan pakar teori Freud yang kontemporer. Dalam psikologi individual (individual psychology) Adler, manusia didorong oleh berbagai tujuan dan sasaran – kesempurnaan, bukan kenikmatan, merupakan motivator utama dalam kehidupan manusia.
Adler menduga bahwa setiap orang berjuang untuk keunggulan dengan berusaha untuk beradaptasi, meningkatkan, dan menguasai lingkungan. Kompensasi merupakan istilah Adler untuk usaha individual untuk mengatasi inferioritas atau kelemahan yang nyata atau khayalan dengan mengembangkan kemampuan seseorang. Misalnya, mahasiswa yang biasa-biasa saja mungkin mengompensasikannya dengan unggul dalam bidang atletik.
Mengevaluasi Sudut Pandang Psikodinamika
           Meskipun teori-teori psikodinamika telah menyimpang dari versi asli psikoanalisis Freud, mereka berbagi beberapa prinsip inti:
·    Kepribadian ditentukan baik pengalaman saat ini dan, seperti diajukan teori psikoanalisis, pengalaman dini.
·    Kepribadian lebih  dipahami dengan menelitinya secara perkembangan – sebuah rangkaian yang terungkap dengan perkembangan fisik, kognitif, dan sosial emosional individu.
·    Kita mentransform pengalaman secara mental, memberikannya makna membentuk kepribadian kita.
·    Pikiran tidaklah seluruhnya sadar; berbagai motif tidak sadar terletak beberapa perilaku yang membingungkan.
·    Dunia individual sering berkonflik tuntutan kenyataan dari luar, menciptakan kecemasan yang tidak mudah diselesaikan.
·    Kepribadian dan penyesuaian – tidak berbagai bahasan laboratorium eksperimental tentang sensasi, persepsi, dan belajar – adalah sah dan pokok penting penyelidikan psikologis.
Beberapa telah mengkritik sudut pandang psikodinamika karena menampilkan pandangan terlalu negatif dan pesimistik mengenai manusia. Misalnya, para pengkritik mengatakan, sudut pandang ini terlalu menitikberatkan pengalaman dini dalam keluarga dan pengaruhnya pada kepribadian tidak mengakui kita mempertahankan kapasitas berubah dan adaptasi sepanjang hayat kita. Meskipun mungkin menguji hipotesis-hipotesis teori psikoanalisis melalui  penelitian, pertanyaan yang tertinggal adalah apakah individu berorientasi secara psikoanalisis yang yakin dalam berbagai gagasan Freud akan terbuka terhadap hasil penelitian yang memerlukan perubahan dalam teori.

2.      Sudut pandang Humanistik
Menjelaskan sudut pandang humanistik
           Sudut pandang humanistik (humanistic perspectives) menekankan kapasitas seseorang untuk pertumbuhan pribadi, kebebasan untuk memilih takdirnya sendiri , dan berbagai kualitas positif manusia.
Sudut pandang humanistik memberikan pertentangan yang jelas dengan sudut pandang psikodinamika yang sering terlihat didasarkan pada konflik, dorongan-dorongan destruktif, dan sebuah pandang hakikat manusia yang pesimistik.

Pendekatan Maslow
Arsitek pergerakan humanistik yang terkenal adalah Abraham Maslow (1908-1970). Maslow merujuk psikologi humanistik sebagai psikologi “kekuatan ketiga,” karena tidak menekankan pada dorongan-dorongan Freud atau prinsip rangsangan-respons behaviorisme.
Anda dapat mengingat kembali bahwa pada puncak hierarki Maslow (1954, 1971) adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi penuh seseorang sebagai manusia. Sebagai contoh orang yang teraktualisasi dirinya, Maslow memasukkan Pablo Casals (pemain cello), Albert Einstein (pakar fisika), Ralph Waldo Emerson (penulis), William James (psikolog), Thomas Jefferson (politikus), Eleanor Roosevelt (pekerja kemanusiaan, diplomat), dan Albert Schweitzer (pekerja kemanusiaan).
Diciptakan hampir 40 tahun silam, daftar orang yang teraktualisasi dirinya dari Maslow jelas-jelas memiliki bias pada beberapa hal. Dengan demikian, Maslow menyebutkan lebih banyak pria daripada wanita, dan kebanyakan mereka berasal dari budaya Barat dan keturunan Eropa. Mereka semua merupakan peraih Penghargaan Nobel Perdamaian pada beberapa tahun belakangan ini.

Pendekatan Rogers
           Tokoh penting lainnya dalam perkembangan psikologi humanistik, Carl Rogers (1902-1987), memulai kariernya sebagai psikoterapis yang mencurahkan tenaga untuk memahami ketidakbahagiaan individu yang ia temui dalam terapi.
Seperti Freud, Rogers memulai penyelidikannya mengenai hakikat manusia dengan orang-orang yang bermasalah. Ia menekankan bahwa kita semua dilahirkan dengan kecenderungan bawaan kea rah pertumbuhan dan insting intuitif yang akan mengarahkan kita untuk membuat berbagai pilihan bai

k. Menurut pandangannya, kita dilahirkan dengan banyak benih kualitas baik dalam diri kita.
           Diri (Self) Melalui pengalaman individu dengan dunia, diri muncul _[i] “saya” atau “aku” sebagai eksistensi kita. Diri merupakan suatu keseluruhan, terdiri atas persepsi diri seseorang (seberapa menariknya saya, seberapa baik saya bergaul dengan orang lain, seberapa baiknya saya menjadi atlet) dan nilai-nilai yang kita lekatkan pada persepsi tersebut (baik/buruk, berharga/tidak berharga).
Konsep diri (self-concept), tema sentral dalam pandangan Rogers dan para penganut humanistik lainnya, merupakan keseluruhan persepsi dan penilaian individu mengenai kemampuan, perilaku, dan kepribadiannya.
Dalam membahas mengenai konsep diri, Rogers membedakan antara diri sebenarnya (real self), yaitu diri yang berasal dari pengalaman kita, dan diri ideal (ideal self), yaitu diri yang ingin kita capai.
Penghargaan Positif Tanpa Syarat, Empati, dan Ketulusan Rogers mengajukan tiga metode untuk membantu seseorang mengembangkan konsep diri yang lebih positif: penghargaan positif tanpa syarat, empati, dan ketulusan.
Penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) adalah istilah dari Rogers untuk penerimaan, penghargaan, dan menjadi positif terhadap orang lain tanpa memedulikan perilaku seseorang. Namun demikian, Rogers (1974) membedakan antara penghargaan positif tanpa syarat yang diarahkan pada perilaku individu.
Menurut Rogers, penghargaan positif tanpa syarat, empati, dan ketulusan merupakan tiga ramuan penting dalam hubungan antarmanusiayang sehat.

Mengevaluasi Pandangan Humanistik
Beberapa pengkritik meyakini bahwa para psikolog humanistik terlalu optimis mengenai hakikat manusia dan berlebihan dalam memandang kebebasan dan rasionalitas manusia.

3.      Sudut Pandang  Trait
Membahas sudut pandang trait
Trait (trait) adalah karekteristik kepribadian menetap yang cenderung mengarah pada perilaku-perilaku tertentu. Sekitar 400 SM, Hipokrates, “bapak kedokteran”, menggambarkan manusia dalam empat kepribadian dasar yang ditentukan oleh komposisi fisik mereka: kolerik (mudah marah), plegmatis (tenang), sanguin (optimistis) atau melankolis (pesimistis). Lebih dari 2.000 tahun silam, misalnya, Theophrastus menggambarkan berbagai trait dasar “pelit,” “pembohong,” dan “penjilat”.



Berbagai Teori Trait
         Teori trait (trait theories) menyatakan bahwa kepribadian terdiri atas sifat-sifat (trait) yang luas dan menetap yang cenderung mengarah pada berbagai respons karekteristik.
Gordon Allport (1897-1967) yang terkadang dirujuk sebagai Bapak Psikologi Kepribadian Amerika, terganggu terutama oleh pandangan negatif mengenai manusia yang digambarkan oleh psikoanalisis. Ia menolak anggapan bahwa ketidaksadaran adalah hal utama untuk memahami kepribadian.
Dalam mendefinisikan kepribadian, Allport (1961) menekankan keunikan tiap-tiap orang dan kapasitas mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bagi Allport, unit yang harus kita gunakan untuk memahami kepribadian adalah trait. Definisi Allport mengandung arti bahwa perilaku seharusnya konsisten sepanjang situasi yang berbeda-beda.
Pada akhir tahun 1930-an, Allport dan rekan-rekan sejawatnya, H. S. Odbert (1936) duduk dengan dua kamus lengkap dan mengambil seluruh kata yang dapat digunakan untuk menggambarkan seseorang – suatu metode yang disebut pendekatan leksikal. Allport dan Odbert memulai dengan 18.000 kata dan kemudian berkurang menjadi 4.500.
Dengan kemajuan dalam metode statistic dan munculnya komputer, pendekatan leksikal menjadi lebih mudah digunakan, seiring para peneliti mulai menganalisis banyak kata ini untuk melihat struktur dasar yang mungkin saling tumpang tindih. Pada tahun 1946, Raymond Cattell menerapkan prosedur statistik yang relatif baru, yaitu analisis faktor pada trait-trait dari Allport dan Odbert. Cattell menyimpulkan bahwa 16 faktor dasar akan menerangkan data dengan baik, dan karya ini mengarahkan pada perkembangan 16PF, kuesioner kepribadian yang masih digunakan sampai saat ini.
Pada tahun 1963, W. T. Norman menganalisis ulang data yang digunakan Cattell dan menyimpulkan bahwa hanya terdapat lima faktor yang diperlukan untuk merangkum trait-trait ini.

Model Kepribadian Lima Faktor
         Faktor lima besar kepribadian (big five factors of personality), “trait super” yang diduga menggambarkan berbagai dimensi utama kepribadian adalah neuroticism (ketidakstabilan emosional), extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness.
Apakah kepribadian dapat berubah telah menjadi pokok bahasan yang kontroversial sepanjang sejarah ilmu kepribadian. Freud meyakini bahwa pada dasarnya kepribadian menetap pada usia 6 tahun, dengan sedikit perkembangan yang muncul selama sisa hidup. Jung berbeda pendapat dengan Freud mengenal hal ini, meyakini bahwa perkembangan yang paling penting muncul selama masa dewasa tengah. Salah satu pemikir psikologi yang terkenal sebelumnya, William James, pernah menulis bahwa “Kebanyakan kita, pada usia tiga puluh, karakter telah ditentukan seperti lem, dan tidak akan menjadi lunak kembali.”
Namun demikian, penelitian lain memberikan bukti bahwa kepribadian yang berarti dapat terus berubah sepanjang waktu (Roberts, Wood, & Caspi, 2007). Conscientiousness meningkat, terutama dalam usia 20-an. Agreeableness meningkat secara dramatis pada usia 30-an. Neurotisisme pada wanita, tetapi tidak pada pria. Wanita usia muda lebih tinggi neurotisisme pada awalnya, menunjukkan bahwa pria dan wanita lebih serupa pada dimensi kepribadian sepanjang waktu.
Penelitian oleh Srivastava dan rekan-rekan sejawatnya yang menunjukkan bahwa trait-trait kepribadian dapat berubah adalah penelitian cross-sectional, yaitu individu yang berbeda-beda diukur pada waktu yang sama. Baru-baru ini, Brent Roberts dan rekan-rekan sejawatnya (Roberts, Walton, & Viechtbauer, 2006) menganalisis 92 penelitian longitudinal yang berbeda-beda meliputi ribuan subjek penelitian dari mulai usia 12 tahun sampai 80 tahun dan mengukur aspek lima besar sepanjang kehidupan.
Beberapa faktor genetik telah memperlihatkan menjelaskan jumlah variasi yang banyak dalam tiap-tiap trait lima besar. Berikut ini untuk memberikan beberepa penelitian menarik yang diilhami oleh model lima faktor:
·   Neurotisisme sering dikaitkan dengan perasaan emosi negatif daripada emosi positif dalam kehidupan sehari-hari seseorang dan lebih lama mengalami keadaan-keadaan negatif (Lucas & Fujita, 2000).
·   Orang-orang yang ekstrover lebih terlibat dalam berbagai kegiatan sosial (Emmons & Diener, 1986).
·   Openness dikaitkan dengan IQ yang lebih tinggi, nilai-nilai liberal, keterbukaan pikiran, dan toleransi.
·   Agreeableness berkaitan dengan kedermawanan, dan ketika diminta membuat satu keinginan untuk segala hal.
·   Conscientiousness dihubungkan dengan kualitas persahabatan yang lebih baik (Jensen-Campbell & Malcolm, 2007) dan menunjukkan berkaitan dengan perilaku-perilaku sehat dan panjang umur.
Para peneliti bahkan telah memulai mencari bukti keberadaan trait kepribadian lima besar pada hewan, termasuk anjing piaraan (Gosling, Kwan, & John, 2003) dan hiena (Gosling & John, 1999). Meskipun terdapat bukti yang kuat, beberapa peneliti kepribadian meyakini kepribadian lima besar bukanlah yang terakhir dan trait-trait yang lebih spesifik merupakan peramal perilaku yang lebih baik (Fung & Ng, 2006; Saucier, 2001; Simms, 2007).

Mengevaluasi Sudut Pandang Trait
         Mengindentifikasi trait-trait seseorang memungkinkan kita untuk mengenalnya lebih baik. Juga, trait-trait yang kita miliki memengaruhi kesehatan, cara kita berpikir, keberhasilan karier kita, dan hubungan kita dengan orang lain (Levenson &Aldwin, 2006; Mroczek & Little, 2006; Roberts, et al, 2007).
Beberapa mengkritik sudut pandang trait karena melukiskan kepribadian individu dengan berbagai goresan yang sangat luas.

Kepribadian dan Emosi: Apakah Beberapa Orang Lebih Bahagia Dibandingkan lainnya?
         Beberapa orang terlihat menjalani hidupnya lengan menyenangkan, sementara lainnya terlihat rentan merasakan kesedihan bahkan pada masalah yang paling kecil sekalipun. Namun, menariknya, penelitian telah memperlihatkan bahwa berbagai peristiwa kehidupan tidak terlalu menjelaskan suasana hati kita sehari-hari.
Sebenarnya, salah satu temuan yang paling konsisten dalam penelitian kepribadian adalah hubungan yang kuat antara trait-trait kepribadian dengan pengalaman emosional.

Berbagai kegiatan yang membahagiakan dan pikiran bahagia tersedia untuk semua orang.
Penjelasan alternatif untuk hubungan yang kuat antara extraversion dan afek positif disebut penjelasan temperamental. Penjelasan ini menyatakan kepribadian memiliki dampak langsung pada pengalaman emosional, sehingga extraversion dapat dianggap sebagai kecenderungan untuk mengalami suasana hati positif (Larsen & Ketelaar, 1991).
 Sudut Pandang Personologis dan Kisah Hidup
Membahas sudut pandang personologis dan kisah hidup. Pendekatan  personologis dan kisah hidup ( personological and life story perspectif) menekankan bahwa cara untuk memahami seseorang adalah dengan memusatkan pada sejarah hidup dan kisah hidupnya berbagai aspek yang membedakan indivindu dari indivindu lainnya.
Pendekatan personologis Murray
Murray mengakui pandangan psikoanalisis mengenai motivasi ketidaksadaran.
Dapat menganalisis indivindu dari  segala sudut pandang dan berupaya untuk memahami tiap orang. Temuannya diterbitkan dalam Exploration in personality pada tahun 1938.
Muray menerapkan wawasan kedalam kepribadian.
Menurut murray kompenen-kompenen yang penting dari definisi-definisi ini dapat di ringkas sbb[2][ii]:
1.      Kepribadian individu adalah abstraksi yang dirumuskan oleh teoretikus dan bukan merupakan gambaran tentang tingkah laku individu belaka.
2.      Kepribadian individu adalah rangkaian pristiwa yang secara ideal mencakup seluruh rentang hidup sang pribadi “sejarah kepribadian adalah  kepribadian itu sendiri”.
3.      Definisi kepribadian harus mencerminkan baik unsur-unsur tingkah laku yang bersifat menetap dan berulang maupun unsur-unsur yang baru dan unik.
4.      Kepribadian adalah fungsi yang menata atau mengarahkan dalam diri individu, tugas-tugas meliputi mengintegrasikan konflik-konflik dan rintangan-ringan yang dihadapi individu,memuaskan kebutuhan-kebutuhan individu dan menyusun rencana-rencana untuk mencapai  tujuan-tujuan dimasa mendatang.
5.      Kepribadian terletak di otak” tanpa otak, tidak ada kepribadian”.
Aspek penelitian Murray yang paling berdampak pada psikologi kepribadian kontemporer adalah pendekatan pada motivasi, motivasi kita sebagian tidak diketahui sehingga pengukuran motivasi harus dikembangkan yang tidak hanya meminta orang-orang mengatakan apa yang mereka inginkan.



Pendekatan Kisah Hidup dan Identitas
Mengevaluasi pendekatan kisah hidup dan sudut pandang yang serupa. Mengkaji indivindu melalui riwayat dan wawancara pribadi memberikan kesempatan yang luar biasa kaya bagi para peneliti.
Membahas sudut pandangpersonologis dan kisah hidup
  • Merangkum pendekatan personologis dari Murray.
  • Menjelaskan bagaimana pendekatan kisah hidup terlibat dalam memahami identitas.
  • Menjelaskan kelebihan dan kelemhan menggunakan pendekatan riwayat dalam penelitian.



Sudut Pandang Kognitif Sosial
Sudut pandang kognitif sosial ( social cognitive perspectives ) pada kepribadian menekankan keawasan, keyakinan, pengharapan, dan tujuan yang disadari. Para pakar teori kognitif sosial tidak tertarik pada trait-trait yang luas, tetapi mereka lebih tertarik untuk meneliti bagaimana faktor-faktor yang lebih spesifik, seperti keyakinan, berkaitan dengan perilaku dan kinerja.

Hakikat kognisi Sosial
Kognisi sosial mengacu pada bagaimana seseorang memandang dan berpikir mengenai dunia sosial mereka,orang-orang yang mereka amati dan yang berintraksi dengan mereka, hubungan dengan orang-orang tersebut, kelompok tempat mereka bergabung, dan bagaimana mereka berpikir mengenai diri mereka sendiri dan orang lain. Sudut pandang teoritis telah merangsang perkembangan minat terhadap kognisi sosial, padangan yang berorientasi kepada perkembangan kognitif dan pemprosesan informasi sosial.[3]

Teori Kognitif sosial Bandura
Teori kognitif sosial Bandura menyatakan bhwa perilaku, lingkungan, dan faktor manusia/kognitif semuanya penting dalam memahami kepribadian. Bandura menelurkan istilah determinisme resiprokal (reciprocal determinism) untuk mengambarkan cara perilaku, lingkungan, dan faktor manusia/lingkungan berinteraksi untuk menciptakan kepribadian. Lingkungan dapat menentukan perilaku seseorang.
Belajar melalui pengamatan. Lewat belajar melalui pengamatan, kita membentuk berbagai gagasan mengenai perilaku orang lain dan kemudian mungkin mengadopsi perilaku ini untuk kita sendiri.
Kendali Pribadi. Teori kognitif sosial menekankan bahwa kita dapat mengatur dan mengendalikan perilaku kita sendiri, meskipun lingkungan kita berubah, aspek penting pengalaman pengendalian adalah keyakinan bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk menghasilkan perubahan dalam dunianya atau self-efficacy.
Self-efficacy self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan berbagai hasil positif. Memulai diet atau progam olah raga dan mempertahankannya, dan berhenti merokok. Self-efficacy membantu orang-orang dalam berbagai situasi yang tidak memuaskan dengan mendorong mereka untuk meyakini bahwa mereka dapat berhasil.
Strategi-strategi berikut ini dapat membantu anda adalah :
  • Pilihlah sesuatu yang anda harapkan dapat dilakukan
  • Bedakan antara kinerja masa lalu dan proyek anda sekarang
  • Perhatikan keberhasialan. Beberapa individu memiliki kecenderungan untuk mengingat kegagalan mereka dari pada keberhasilannya
  • Buatlah catatan-catatan tertulis sehingga anda akan sadar akan keberhasilan anda
  • Buatlah daftar berbagai jenis situasi spesifik dimana anda menduga yang paling sulit dan paling tidak sulit.

Sumbangan Mischel
Walter Mischel adalah psikolog kognifitif sosial yang tertarik mejelajahi bagaimana kepribadian mempengaruhi perilaku. Kekonsitenan dan perdebatan Orang-situasi. Ia menyimpulkan bahwa tidak ada bukti bagi kekonsistenan perilaku berbagai situasi dan  dengan demikian tidak ada bukti keberadaan kepribadian seperti yang dahulu diasumsikan ada. Mischel mengatakan bahwa kepribadian sering kali berubah menurut situasi yang terberi. Mischel menyatakan bahwa perlaku adalah diskriminatif yaitu, seseorang memandang pada tiap-tiap situasi dan berespons sesuai situasi tersebut pandangan Mischel disebut situasionisme, gagasan bahwa kepribadian dan perilaku sering kali sangat bervariasi dari satu konteks ke konteks lainnya. Perdebatan orang-situasi.
Berbagai hasil temuan penelitian adalah bahwa:
  1. semakin sempit dan semakin terbatas suatu trait, semakin mungkin ia akan meramalkan perilaku.   
  2. Beberapa orang konsisten pada beberapa trait, dan orang lain konsiten dengan trait lainnya.
  3. Trait kepribadian mengerahkan pengaruh yang lebih kuat pada prilaku individu ketika pengaruh sitasi kurang sehat.
Trait-trait memainkan peranan dalam menentukan situasi mana yang mereka pilih                            ( seperti pergi ke pesta atau ke rumah untuk belajar.) (Emmons & diener 1986). Mischel mengkonseptualkan kepribadian sebagai sekumpulan sistem pengolahan afektif                                   ( cognitive affective processing systems-CAPS).  CAPS di sebut pendekatan kepribadian dari bawah keatas artinya ia memusatkan pada bagaimana kepribadian perfungsi, bukan kepada pribadi itu. (shoda dan mischel,2006). Pendekatan CAPS memusatkan pada cara manusia berprilaku dalam situasi yang berbeda-beda dan bagaimana mereka dengan unik menafsirkan berbagai ciri situasi.

Mengevaluasi sudut pandang kognitif sosial
Teori kognitif sosial memusatkan pada pengaruh lingkungan pada kepribadian.  Pandangan kognitif sosial pada kepribadian mengkritik satu atau lebih asfek pendekatan, menuduh bahwa:
-          Pendekatan kognitif sosial terlalu memusatkan perubahan dan pengaruh situasi pada  kepribadian dan tidak memperhatikan kualitas kepribadian yang stabil seara memadai.
-          Pendekatan kognitif sosial mengabaikan peran biologi dalam kepribadian.
-          Dalam upaya untuk menyatukan baik situasi dan orang ke dalam pandangan kepribadian,psikologi kognitif sosial cenderung mengarah pada peramalan yang sangat spesifik bagi tiap-tiap orang dalam situasi terberi apapun, membut mustahil di lakukan generasi.



Pengukuran kepribadian
Psikologi kepribadian pada ilmu psikologi adalah pengembangan berbagai metode yang kuat untuk mengukur banyak  proses mental. Tujuan pengukuran kepribadian dipakai untuk evaluasi klinis sampai konseling karier dan seleksi pekerjaan, untuk merancang karekteristik yang stabil dan menetap, bebas dari pengaruh situasi.
Beberapa Tes yang di gunakan :
Tes Lapor diri (self report test) atau tes obyektif atau inventori, menanyakan orang-orang secara  langsung. Tes-tes kepribadian lapor diri meliputi item-item seperti :
1. Saya mudah merasa malu
2. Saya senang sekali pergi ke pesta-pesta
3. Saya suka menonton film kartun di TV
Tes  lapor diri meliputi banyak pernyataan atau pernyataan seperti diatas, responden memilih daris sejumlah jawaban yang terbatas ( YA atau TIDAK , BENAR atau SALAH, setuju atau tidak setuju).

Psikologi dan Kehidupan
          Tes yang di gunakan :  teknik lain untuk mengetahui social desirability adalah merancang skala-skala sehingga nyaris mustahil bagi responden untuk mengetahui apa yang sebenarnya sedang diukur oleh peneliti. Satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah menggunakan tes berkunci secara empiris ( empiricaly keyed test). Jenis tes yang menghadirkan sejumlah item kuesioner pada sekelompok orang-orang yang telah diketahui berbeda dalam beberapa hal seperti indivindu dengan gangguan psikologis.
MMPI Minnesota multiphasic personallity inventory ( MMPI) merupakan tes kepribadian lapor diri berkunci secara empiris yang paling banyak di gunakan secara luas.  Mengukur kecenderungan kepribadian ‘’abnormal” dan untuk memperbaiki diagnosis indivindu dengan gangguan psikologis. MMPI tidak hanya di gunakan utuk meramalkan individu mana yang akan menjadi kandidat terbaik dalam pekerjaan dan karier mana yang akan di kejar oleh individu sekarang.



Tes-tes proyektif
Tes cipratan tinta roschach, tes ini mengunakan persepsi individu terhadap cipratan tinta untuk menentukan kepribadian mereka. Tes ini di perkenalkan oleh Hermann Rorschach.tahun1921. metode  proyektif di pakai untuk mempelajari kepribadian terutama Thematic Apperception Test (TAT). TAT di rancang untuk kisah yang mengungkapkan sesuatu mengenai kepribadian individu. Metode TAT terdiri dari serangkaian gambar. Peserta TAT di minta untuk mengisahkan cerita tiap-tiap gambar,termasuk kejadian-kejadian yang mengarah pada situasi yang di gambarkan, berbagai pikiran dan perasaaan karakter dan bagaimana terjadi. Pengetes beranggapan bahwa seseorang memproyeksikan berbagai perasaan dan pikiran ketidaksadarannya pada cerita. TAT di gunakan dalam penelitian terhadap kebutuhan berprestasi, afiliasi, kekuasaan, keintiman seseorang dan berbagai kebutuhan lainnya. Tes pengukuran perilaku dari kepribadian dapat juga didasarkan pada pengamatan langsung terhadap perilaku.

Kepribadian dan Kesehatan serta Kesejahteraan
Individu yang tinggi pada trait conscientinousness adalah bertanggung jawab dan dapat diandalakan mereka menyukai struktur dan cenderung akan menyelesaikan tugas-tugasnya. Orang-orang yang conscientiousness yang tinggi cenderung melakukan semua hal yang baik bagi kesehatan mereka, seperti olahraga teratur, tidak merokok dll.

Pola-pola perilaku Tipe A / tipe B
Friedman dan Roseman menggambarkan karekteristik kepribadian yang lazim pada pria yang mengidap penyakit jantung sebagai pola  perilaku A (Type A behaviour pattern ). mereka berteori bahwa sekelompok karekteristik sangat kompetitif, tidak sabar dan bermusuhan, terkait dengan timbulnya penyakit jantung, kelompok yang lebih sehat biasanya rileks dan santai  dinamakan pola perilaku Tipe B ( Type B behaviour patern ). Tipe A disimpulkan sekelompok karakteristik sangat kompettif, tidak sabar, dan permusuhan, terkait timbulnya penyakit jantung. Tipe B disimpulkan sekelompok karakteristik seperti rileks dan santai yang terkait dengan kesehatan yang baik.

Optimisme dan Hardiness
Seligman memandang optimisme sebagai cara seseorang menjelaskan penyebab berbagai peristiwa buruk di karenakan penyebab yang eksternal, tidak stabil dan spesifik. Optimisme hampir sama dengan keyakinan pada diri sendiri atau self-efficacy dan sumber kendali internal. Orang yang optimis pada umumnya lebih efektif dan lebih sehat secara fisik dan mental dibanding yang pesimis.

Trait dan keadaan
Trait merupakan karakteristik yang relatif menetap  cara seseorang berlaku pada umumnya, sedangkan keadaan adalah berbagai pengalaman yang lebih akut dan dibatasi oleh waktu. Mengetahui seseorang rentan menjadi pesimis mungkin merupakan langkah pertama untuk belajar optimis.


[1] editor Dr.A.Supratikna,Teori-teori Holistik (organismik Fenomenologis),Kanisius,2010,hal,29
2. editor Dr.A.Supratikna,Teori-teori Holistik (organismik Fenomenologis),Kanisius,2010
[3] John santrock, Adolescense,hal 119,perekembangan remaja,Erlangga,2003


[i]   editor Dr.A.Supratikna,Teori-teori Holistik (organismik Fenomenologis),Kanisius,2010,hal,29
[ii]   editor Dr.A.Supratikna,Teori-teori Holistik (organismik Fenomenologis),Kanisius,2010
 John santrock, Adolescense,hal 119,perekembangan remaja,Erlangga,2003

Share this article :
+
0 Komentar untuk "PSIKOLOGI WANITA 1"