MANFAAT DAUN SIRSAK

Benjolan Ganas di Gusi pun Takluk

Jumat, 15 April 2011. Dari sebuah masjid di bilangan Jakarta Barat terdengar sayup-sayup suara azan nan merdu. Pelantunnya Sadiyo. Sebulan sebelumnya, berbicara saja lelaki 79 tahun itu tak sanggup.

Tiap berusaha berbicara, darah segar mengucur dari mulut Sadiyo. Darah itu keluar dari benjolan di gusi. Derita itu ia alami sejak pertengahan 2010. Gejalanya bermula saat 3 gigi seri atas Sadiyo goyang. ”Kami menduga hal itu wajar karena Bapak sudah sepuh,” ujar Sri Hartati, putri sulung Sadiyo. Namun, dugaan itu menjadi kekhawatiran saat gusi Sadiyo tiba-tiba mengucurkan darah segar saat berbincang-bincang. Pendarahan cukup parah karena darah yang terkumpul mencapai 1 ember kecil.

Setelah pendarahan berhenti, gusinya serasa menebal dan muncul benjolan mirip bisul. Pendarahan berlangsung beberapa kali. Tiap berhenti, benjolan itu terasa lebih besar. Bahkan setelah 2 bulan, benjolan itu membuat Sadiyo sulit mengatupkan mulut. Berbicara dan makan pun sulit. Untuk makan, Hartati menyiapkan jus buah-buahan dan makanan yang serba dihaluskan.


Kanker mulut

Khawatir kondisi itu makin memburuk, Hartati membawa bapaknya ke rumahsakit untuk diperiksa. Hasil pemeriksaan dokter, Sadiyo menderita kanker mulut stadium 2. Hasil diagnosis dokter itu disembunyikan dari Sadiyo. ”Saya ingin pikiran Bapak tetap tenang,” tutur Hartati.

Sepengetahuan Sadiyo, ia hanya menderita semacam bisul di gusi. Dokter hanya memberikan obat yang diminum sebulan sekali agar tulangnya kuat dan mengurangi pendarahan. ”Kanker mulut dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok, makanan karsinogenik misalnya yang digoreng atau dibakar, serta radikal bebas,” tutur dr Hafuan Lutfie, dokter di Jakarta Selatan.

Orang yang dulu biasa merokok tapi kemudian berhenti pun berpeluang terkena kanker. Dua pertiga dari kasus terjadi pada laki-laki. Hartati dan saudara-saudaranya tidak tinggal diam. Sambil terus memberikan obat dari dokter, mereka mencari beragam alternatif penyembuhan. Pada awal 2011, Hartati mengenal terapi daun sirsak dari sebuah seminar. Toh, karena belum pernah melihat atau mendengar sendiri pasien kanker sembuh dengan daun sirsak, mereka urung memberikan pengobatan itu pada Sadiyo.

Suatu ketika Hartati kembali mendiskusikan upaya penyembuhan dengan daun sirsak kepada adik ketiganya, Nurhayati. Kebetulan Nurhayati memiliki pohon sirsak di halaman rumah di Bogor, Jawa Barat. Saat itulah sang ayah mendengar pembicaraan mereka. ”Namun, kami tetap tidak menyinggung-nyinggung soal kanker,” ujarnya. Tanpa disangka, Sadiyo menyutujui ide kedua putrinya itu.


15 lembar

Sejak itu Hartati rutin memberikan air rebusan daun sirsak. Sebanyak 15 lembar daun sirsak direbus dalam 2 gelas air dengan api kecil hingga menjadi segelas air. Untuk merebusnya, Hartati menggunakan kuali tanah liat. Rebusan itu ia berikan tiap pagi dan petang. ”Sekali rebus hanya saya berikan untuk sekali minum,” ujarnya.

Tiga hari mengonsumsi rebusan daun Annona muricata itu, Sadiyo merasakan mulutnya terasa lebih ”enteng”. Namun, sepekan berselang tubuhnya panas sekaligus menggigil. Hartati membawa bapaknya ke Rumahsakit Dharmais. Di sana terungkap bahwa kadar haemoglobin dalam darah Sadiyo di bawah 7 g/dl, kadar normal 13 - 17 g/dl. Sayang, rumahsakit itu penuh. Sadiyo pun dibawa ke rumahsakit lain.

Di rumahsakit kedua dokter memberi Sadiyo obat demam berdarah. Dokter juga menginfus Sadiyo untuk memberikan asupan nutrisi. Pada saat bersamaan Hartati membaca artikel tentang efek samping daun sirsak. Ia mengambil kesimpulan bahwa panas dingin yang dialami Sadiyo hanyalah efek samping konsumsi daun sirsak.

Ia pun meminta dokter menghentikan pengobatan. ”Dokter mewanti-wanti bahwa hal itu bisa membahayakan Bapak,” ujar Hartati. Namun, 2 hari berselang keyakinan Hartati terbukti. Panas dingin itu sirna. Kini giliran diare yang mendera Sadiyo. Kali ini pun Hartati yakin bahwa diare itu hanya sebagai bagian efek samping konsumsi daun sirsak. Dan sekali lagi keyakinannya terbukti. Diare berhenti dengan sendirinya. Selama 3 hari di rumahsakit itu, dokter akhirnya mengizinkan pemberian daun sirsak. Pengobatan lain tidak diberikan. Hanya infus yang tetap dipertahankan.


Sebulan

Setelah pulang, perlahan-lahan kondisi Sadiyo membaik. Benjolan di gusi mengecil secara bertahap. Setelah sebulan mengonsumsi daun sirsak benjolan itu rata dengan gusi. Namun, jaringan bekas benjolan masih terlihat lunak. Sadiyo pun merasa lebih segar dibanding sebulan sebelumnya. Jumat 15 April itu kali pertama ia bisa melantunkan azan lagi sejak menderita kanker mulut. Menurut Hafuan kondisi seperti dialami Sadiyo memang menunjukkan perkembangan baik. “Namun, harus dilakukan tes laboratorium untuk memastikan. Pasalnya, pada penderita yang sudah sembuh pun sel kanker bisa muncul lagi,” ujarnya.

Hartati bersikap serupa. “Kami bersyukur ada perubahan positif pada Bapak setelah mengonsumsi daun sirsak, tapi kami belum bisa menyatakan beliau sembuh,” ujarnya. Menurutnya ketidaktahuan bapaknya tentang penyakit yang diderita juga berperan dalam membaiknya kondisi tubuh Sadiyo. Dengan begitu pikirannya terhindar dari stres. Hingga kini konsumsi daun sirsak masih dilanjutkan. Seminggu terakhir Hartati juga memberikan gamat. Untuk memastikan kondisi kesehatan Sadiyo, Hartati akan memeriksakan ulang kondisi bapaknya di rumahsakit. (Tri Susanti/Peliput: Desi S Rahimah)


http://www.trubus-online.co.id/trindo7/index.php?option=com_content&view=article&id=5342:benjolan-ganas-di-gusi-pun-takluk&catid=81:topik&Itemid=520

Share this article :
+
0 Komentar untuk "MANFAAT DAUN SIRSAK"