BERI DENGAN SUKACITA

Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan
      dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi
      orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7)



  Ada humor tentang seorang anak kecil yang mengamati para petugas
  ketika mengedarkan kantong persembahan di tengah ibadah. Saat
  kantong persembahan itu semakin mendekat ke barisan tempat anak itu
  duduk, ia membisik ayahnya-walau dengan volume suara yang membuat
  semua orang di sekeliling mereka mendengarnya, "Ayah tidak perlu
  membayari aku. Kan aku masih di bawah lima tahun?"

  Sebagai bagian ibadah, persembahan kadang masih kurang dipahami dan
  dihayati maknanya. Tak hanya oleh anak-anak, tetapi juga orang
  dewasa. Dan, kurangnya pengertian ini hanya menggerus motivasi untuk
  memberi, apalagi memberi lebih banyak.

  Persembahan, adalah sarana yang akan dipakai gereja untuk dapat
  menjalankan segala fungsinya dengan baik. Sama seperti ketika
  seseorang memiliki keluarga dan harus membayar berbagai tagihan atas
  keluarganya, demikian pula ketika kita menyebut sebuah gereja
  sebagai "gereja saya", maka kita turut bertanggung jawab atas
  kelangsungan kehidupannya. Bagaimana gedung dirawat, para hamba
  Tuhan dicukupi, program gereja berkembang, kegiatan jemaat dibuat
  lebih mendalam demi menumbuhkan kerohanian, bahkan bagaimana gereja
  dapat melayani keluar jemaat dan menjadi berkat, tentu tak lepas
  dari persembahan yang dibawa jemaat.

  Yang penting, Tuhan mau kita memberi persembahan atas dasar
  sukacita, kasih, dan syukur kepada Allah yang telah begitu besar
  mengasihi kita (ayat 7, 12). Dan, ketika kita berani memberi, Tuhan
  tidak akan membiarkan kita kekurangan, sebaliknya, Dia akan membuat
  kita berkecukupan, bahkan berkelebihan (ayat 8)! --AW

 SEMAKIN BANYAK PERSEMBAHAN DIBAWA KE RUMAH ALLAH
 SEMAKIN BANYAK PULA TUHAN DAPAT BERKARYA LEWAT GEREJA
Copy dari renungan harian
Share this article :
+
0 Komentar untuk "BERI DENGAN SUKACITA"