I LOVE MOM

SURAT DARI MAMA

Sayang,

Saat surat ini kau terima, kau pasti sudah berada di ambang kedewasaan, sudah siap membuka pintu itu dan melangkah ke dalam dunia yang penuh dengan begitu banyak kemungkinan yang terbentang luas di hadapanmu. Mama ingin sekali menuruti naluri alamiah seorang ibu, menarik engkau masuk kembali dan menutup pintu itu rapat-rapat. Tetapi, menjadi dewasa adalah perkembangan hidup yang wajar dan memang sudah tiba waktunya engkau harus pergi. Namun, tetap saja mama tidak bisa berhenti berpikir bahwa dunia di luar sana itu begitu luas dan jahat. Kau tentu juga mendengar bahwa hanya yang kuat yang bertahan hidup. Dapatkah kau bertahan dalam keadaan seperti itu?

Hari ini mama terkesan akan ayat Alkitab yang membahas tentang "mengingat dan tidak melupakan". Musa kelihatannya secara khusus memasukkan tema ini dalam kata-kata perpisahannya kepada bangsa Israel sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian. Di sana, di tepi Tanah Kanaan, Musa memberitahu bangsa Israel bahwa mereka akan segera berpisah dengannya. Dia meminta agar mereka mengingat semua yang telah dilakukan Allah, dan tidak lupa untuk mematuhi perintah Allah setelah mereka memulai kehidupan yang baru di Tanah Kanaan. Ada satu bagian di mana Musa berkata kepada bangsa Israel, "Jadi kamu harus berpegang pada seluruh perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya kamu kuat untuk memasuki serta menduduki negeri, ke mana kamu pergi mendudukinya, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang di janjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu dan kepada keturunan mereka, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya". (Ulangan 11:8-9)

Ayat ini memberikan penghiburan dan kekuatan kepada Mama. Walaupun perjalananmu melewati belantara kehidupan ini masih pendek, mama tidak boleh lupa bahwa sering kali dalam perjalanan itu, mama sekilas melihat bentuk nyata dari pelajaran-pelajaran yang telah kau dapatkan. Namun demikian, mama tetap memiliki beberapa kekhawatiran. Masalah keamanan tetaplah merupakan kekhawatiran mama yang paling utama. Itu adalah kekhawatiran yang tidak pernah akan hilang. Ia muncul waktu kau mulai masuk SD, dan juga waktu SMP, kemudian SMA... Kau tahu mengapa?

Tetapi ada satu pengalaman yang tidak boleh mama lupakan. Kejadiannya di suatu sore musim dingin, pada tahun pertamamu di SMA. Kau sudah mendaftar untuk mengikuti kelas olahraga di sekolah setempat, untuk melengkapi persyaratan kelulusanmu. Matahari sudah terbenam beberapa jam yang lalu, ketika mama mengantarmu ke tempat parkir yang remang-remang. Walaupun gedung olahraganya terletak persis di sekitar situ, mama tidak dapat melihat apakah ada jalan yang menuju gedung yang di mata mama sepertinya diselimuti pohon dan semak-semak.

Sambil memerhatikan sekeliling sekolah untuk mencari petugas keamanan, mama bertanya, "Apakah kau mau mama temani?"

Kau mengangkat kepalamu dan meneliti pemandangan di depanmu.

"Tidak," kau menjawab, "Aku bisa berdoa."

Walaupun demikian, mama tetap punya kekhawatiran-kekhawatiran yang lain. Misalnya, bagaimana kau dapat memilih satu jalan dari antara berbagai kesempatan yang datang kepadamu, selagi kau merencanakan tahap perjalanan hidupmu selanjutnya, agar dapat terus berlanjut ke tahap berikutnya dan berikutnya lagi? Dan jika seumpamanya kau bisa membatasi setiap keputusan yang sulit ke dalam lima pilihan, bagaimana kau memilih a, b, c, d, atau e?

Mungkin kau setuju bahwa ini adalah kekhawatiran yang tidak akan pernah hilang. Mama masih ingat kejadian di awal tahun ketigamu di SMA. Waktu kau berusaha menyusun ulang jadwal mingguanmu, agar mencakup semua mata pelajaran akademik yang kau butuhkan, kau juga berada di bawah tekanan yang besar untuk mengorbankan salah satunya untuk ensambel jazz.

Tetapi suatu sore, tak sengaja mama mendengarmu berbicara di telepon.

"Aku berdoa, dan itu sama sekali tidak jadi soal!"

Jika ini adalah sepuluh peringkat teratas, kekhawatiran mama berikut ini akan menduduki peringkat tinggi. Dalam suatu kebudayaan yang menempatkan kebenaran sejati pada peringkat rendah atau paling bawah, bagaimana kau dapat mencari jalan keluar dari kubangan kebingungan? Jika apa yang secara moril dianggap benar atau salah tergantung pada peraturan masyarakat yang berlaku saat itu, bagaimana kau dapat luput dari arus zaman ini dan tidak terlempar ke dalam samudra raya kegelapan?

Sebenarnya, sebagai orang tua, mama sudah memerhatikan bahwa kau sudah biasa membedakan yang benar dan yang salah. Mungkin mama seharusnya benar-benar terhibur karena selagi di SMA, kau menaati dan menguasai prinsip-prinsip etika kelas. Tapi ketika kau menginjakkan kaki melewati pintu kedewasaan itu, perjuanganmu bukan lagi mengenai godaan untuk menjiplak mentah-mentah PR bahasa Inggris dari diktat kalau ada, tetapi perjuanganmu akan berhasil karena kau memilih untuk membaca buku yang ditugaskan dari depan sampai belakang.

Namun, mama tidak akan putus asa. Malahan, mama akan dikuatkan. Tuhan sendiri akan berjalan di depanmu, dan akan bersama-sama denganmu bila kau perlu digendong. Dia akan menggendongmu bila kau tersesat. Dia akan menunjukkan jalan yang harus kau tempuh; dan jika kau harus berjuang, Dia akan berjuang untukmu. Tuhan Allah kita adalah Allah yang mengagumkan, dan tidak ada satu pun yang seperti Dia. Hanya saja, ingatlah untuk mengasihi-Nya dengan segenap hatimu, dan jangan lupa untuk mendengar suara-Nya dan berpegang teguh kepada-Nya. Jika kau berbuat demikian, kau akan berjalan dalam iman menuju hari itu, hari ketika --- meskipun kau mungkin sudah tiba di akhir perjalanan hidupmu --- kau yakin bahwa di seberang sana, Tanah Perjanjian, yaitu Yerusalem Baru, sudah menantikan jiwamu. Kau akan aman dan tenteram di sana, di tempat di mana kemuliaan Tuhan menerangi kota itu dengan tak terhingga, di mana Allah menghapus setiap tetes air mata, dan di mana tak ada apa pun dan seorang pun yang tidak kudus akan tinggal. Karena itu, jadilah kuat dan berani!

Salam Sayang,
Mama

Diambil dari:
Judul majalah: Warta Sejati, Edisi 33/November -- Desember 2002
Judul artikel: Surat dari Mama
Penulis: Tidak Dicantumkan
Penerbit: Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati Indonesia
Halaman: 21 -- 22
Share this article :
+
0 Komentar untuk "I LOVE MOM"